Senin, 29 Mei 2017

Pengepul Dana Yang Arif


Pengepul Dana Yang Arif

Seorang tokoh sufi bercerita : aku melihat Abu Ishaq An Nauri r.a. mengulurkan tangannya meminta-minta kepada orang lain di suatu tempat. Hal itu aku anggap suatu hal yang besar dan buruk. Kemudian aku datang kepada Saikh Junaid r.a dan menceritakan kejadian itu kepadanya. Syaikh Junaid r.a berkata: “Peristiwa itu jangan kau anggap besar, karena Syaikh An Nauri r.a tidak meminta-minta kepada orang lain kecuali agar ia memberinya pahala kepada mereka di akhirat, dengan pemberian yang tidak memberatkan mereka, dan bukan karena An Nauri r.a bermaksud mengambil dari orang lain”.


Kemudian Syaikh Junaid r.a. berkata: “Ambilkan timbangan.” Setelah timbangan itu disiapkan, Syaikh Junaid r.a. menimbang uang seratus dirham, setelah itu, Syaikh Junaid r.a. mengambil lagi segenggam tangan uang dirham dan diletakkan pada timbangan campur dengan uang seratus dirham tersebut. Kemudian Syaikh Junaid r.a. berkata: “bawalah dirham-dirham ini kepada Syaikh An Nauri r.a.

Aku bergumam dalah hati: “uang dirham yang ditimbang pertama telah kuketahui kadarnya, tapi kenapa Syaikh Junaid r.a. mencampurkannya dengan segenggam uang dirham yang tidak diketahi kadarnya, sehingga jumlahnya menjadi tidak diketahui pula. Syaikh Junaid r.a. adalah laki-laki yang bijaksana, sedang aku pun malu untuk bertanya mengenai hal ini.”

Kemudian uang itu aku masukkan ke dalam kantong dan membawanya kepada Syaikh An Nauri r.a., setelah aku sampaikan perihal tersebut, Syaikh An Nauri r.a. berkata: “Ambilkan timbangan.” Setelah timbangan disiakan, Syaikh An Nauri r.a. menimbang seratus dirham. Beliau berkata: “Berikan seratus dirham ini kepada Syaikh Junaid r.a., dan katakan kepadanya, bahwa aku (An Nauri) tidak menerima sedikitpun, dan aku hanya mengambil yang selebihnya dari seratus itu”.

Tokoh sufi itu berkata: “Melihat semua peristiwa itu, aku sangat terheran-heran. Kemudian aku bertanya kepada Syaikh An Nauri r.a., beliau menjawab: “Syaikh Junaid r.a. adalah laki-laki yang bijaksana, beliau menghendaku mengambil tali dengan kedua ujungnya, beliau menimbang seratus uang dirham untuk dirinya sendiri karena mengharap pahala akhirat, dan menaruh segenggam uang dirham (tanpa ditimbang) yang betujuan hanya karena Allah yang dicamourkan dengan seratus dirham tersebut. Maka aku hanya mengambil apa yang diberikan hanya karena Allah semata, dan aku kembalikan pemberiannya yang untuk dirinya.”

Tokoh sufi itu berkata: “Kemudian uang seratus dirham aku kembalikan kepada Syaikh Junaid r.a. melihat peristiwa ini beliau menangis dan berkata: “Syaikh An Nauri r.a. hanya mengambil pemberianku yang karena Allah dan mengembalikan sisanya yang karena aku (mengharapkan pahala akhirat).

___________________
Sumber :
Wira’i – KH. Moch. Djamaluddin Ahmad. Hal 76-78
Gambar :

 http://log.viva.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Page