Pengepul Dana Yang Arif
Seorang tokoh sufi bercerita : aku
melihat Abu Ishaq An Nauri r.a. mengulurkan tangannya meminta-minta kepada
orang lain di suatu tempat. Hal itu aku anggap suatu hal yang besar dan buruk. Kemudian
aku datang kepada Saikh Junaid r.a dan menceritakan kejadian itu kepadanya.
Syaikh Junaid r.a berkata: “Peristiwa itu jangan kau anggap besar, karena
Syaikh An Nauri r.a tidak meminta-minta kepada orang lain kecuali agar ia
memberinya pahala kepada mereka di akhirat, dengan pemberian yang tidak
memberatkan mereka, dan bukan karena An Nauri r.a bermaksud mengambil dari
orang lain”.
Kemudian Syaikh Junaid r.a.
berkata: “Ambilkan timbangan.” Setelah timbangan itu disiapkan, Syaikh Junaid
r.a. menimbang uang seratus dirham, setelah itu, Syaikh Junaid r.a. mengambil
lagi segenggam tangan uang dirham dan diletakkan pada timbangan campur dengan
uang seratus dirham tersebut. Kemudian Syaikh Junaid r.a. berkata: “bawalah
dirham-dirham ini kepada Syaikh An Nauri r.a.
Aku bergumam dalah hati: “uang
dirham yang ditimbang pertama telah kuketahui kadarnya, tapi kenapa Syaikh
Junaid r.a. mencampurkannya dengan segenggam uang dirham yang tidak diketahi
kadarnya, sehingga jumlahnya menjadi tidak diketahui pula. Syaikh Junaid r.a.
adalah laki-laki yang bijaksana, sedang aku pun malu untuk bertanya mengenai
hal ini.”
Kemudian uang itu aku masukkan ke
dalam kantong dan membawanya kepada Syaikh An Nauri r.a., setelah aku sampaikan
perihal tersebut, Syaikh An Nauri r.a. berkata: “Ambilkan timbangan.” Setelah timbangan
disiakan, Syaikh An Nauri r.a. menimbang seratus dirham. Beliau berkata: “Berikan
seratus dirham ini kepada Syaikh Junaid r.a., dan katakan kepadanya, bahwa aku
(An Nauri) tidak menerima sedikitpun, dan aku hanya mengambil yang selebihnya
dari seratus itu”.
Tokoh sufi itu berkata: “Melihat
semua peristiwa itu, aku sangat terheran-heran. Kemudian aku bertanya kepada
Syaikh An Nauri r.a., beliau menjawab: “Syaikh Junaid r.a. adalah laki-laki
yang bijaksana, beliau menghendaku mengambil tali dengan kedua ujungnya, beliau
menimbang seratus uang dirham untuk dirinya sendiri karena mengharap pahala
akhirat, dan menaruh segenggam uang dirham (tanpa ditimbang) yang betujuan
hanya karena Allah yang dicamourkan dengan seratus dirham tersebut. Maka aku
hanya mengambil apa yang diberikan hanya karena Allah semata, dan aku
kembalikan pemberiannya yang untuk dirinya.”
Tokoh sufi itu berkata: “Kemudian
uang seratus dirham aku kembalikan kepada Syaikh Junaid r.a. melihat peristiwa
ini beliau menangis dan berkata: “Syaikh An Nauri r.a. hanya mengambil
pemberianku yang karena Allah dan mengembalikan sisanya yang karena aku (mengharapkan
pahala akhirat).
___________________
Sumber :
Wira’i – KH. Moch. Djamaluddin
Ahmad. Hal 76-78
Gambar :
http://log.viva.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar