Jumat, 02 Juni 2017

Pengepul Dana dan Si Miskin


Pengepul Dana dan Si Miskin

Abu Said Al Harkusyi menuturkan, di mesir ada seorang lelaki yang dikenal suka mengumpulkan dana bagi fakir miskin, suatu hari, istri seorang lelaki miskin melahirkan putranya. Lelaki itu datang menemuinya dan berkata: “Istriku melahirkan seorang anak, tetapi aku tidak memiliki apa-apa.” Lalu ia mengajak lelaki miskin itu menemui sejumlah orang. Tetapi, tidak ada seorangpun yang mau memberikan sumbangan.


Kemudian ia berziarah ke makam seorang muslim, dan ia duduk di samping makam tersebut seraya berkata: “Semoga Allah merahmatimu. Dulu semasa hidup, engkau suka berderma. Hari ini aku telah berkeliling mencari dana untuk seorang bayi yang baru lahir, tetapi tidak ada seorangpun yang mau membantu.” Lelaki itu lalu berdiri sambil mengeluarkan uang satu dinar dari sakunya dan membaginya menjadi dua. Satu bagian ia serahkan kepada si miskin sedangkan sisanya ia simpan. Kemudian ia berkata: “uang setengah dinar ini kuhutangkan kepadamu. Bayarlah setelah Allah memberimu rizqi.”

Orang miskin itu kembali ke rumahnya dan memanfaatkan uang itu sesuai kebutuhan. Malam harinya, sang pencari dana bermimpi bertemu dengan si dermawan yang telah meninggal dunia tersebut. “Aku mendengar semua yang kau ucapkan, tetapi kami tidak diizinkan untuk menjawab. Datanglah ke rumahku dan katakan kepada anak-anakku agar mereka menggali tanah di bawah tungku perapian. Di sana ada geriba yang berisi uang 500 dinar. Serahkan uang itu kepada lelaki miskin tadi.” Ucap lelaki yang sudah meninggal tersebut.

Keesokan harinya ia mengunjungi rumah lelaki yang meninggal tersebut dan menceritakan mimpinya kepada anak-anaknya. “Tunggu sebentar.” Ujar mereka setelah mendengar cerita dari tukang pengepul. Mereka menggali tanah di bawah tungku perapian dan menemukan uang tersebut tepat seperti yang disebutkan dalam mimpi. Mereka serahkan uang itu kepadanya. Uang ini warisan, milik kalian. Mimpi tidak dapat dijadikan sumber hukum.” Ujar pencari dana. “Ayah kami masih berderma meskipun telah meninggal dunia, lalu apakah kami yang hidup ini tidak mau berderma?” jawab mereka.

Mereka memaksanya untuk menerima uang tersebut. Ia pun menerimanya dan memberikan uang itu kepada lelaki miskin yang memohon bantuannya. Anehnya, lelaki miskin itu hanya mengambil satu dinar kemudian membaginya menjadi dua. Setengah dinar digunakan untuk melunasi hutangnya dan setengahnya lagi ia simpan. Ia lalu berkata: “Setengah dinar ini cukup bagiku, sedekahkanlah sisanya kepada fakir miskin lain yang membutuhkan.”

Abu Said, pembawa cerita ini mengatakan: “Aku tidak tahu di antara mereka, siapa yang paling dermawan.”

___________________
Sumber            :Wirai – KH. Moch Djamaluddin Ahmad 72 – 74
Gambar            : http://www.tipsiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Page