Menolak Meski Dipaksa Malaikat
Dalam
pertemuan kiai-kian se-Jawa Timur, KH. Musthofa Bisri bercerita bahwa tradisi
NU itu dulu selalu berebut menolak untuk memegang jabatan. Kiai Bisri dan Kiai
Wahab nemolak menjadi Rais Akbar karena ada Kiai Hasyim Asy’ari. Sepeninggal
Kiai Hasyim, keduanya menolak, terlebih Kiai lainnya. Saat Kiai Wahab Hasbullah
akhirnya bersediapun dengan konsensus Rais Akbar diganti dengan istilah Rais
Am. Saat terakhir, Kiai Wahab Hasbullah sakit sepuh, muktamirin sepakat
menunjuk Kiai Bisri Syansuru sebagai pengganti. Namun beliau tetap menolak. Menurut
Kiai Bisri, selama masih ada Kiai Wahab, meskipun beliau sakit dan hanya bisa
sarean saja, beliau tidak akan bersedia mengganti.
Sepeninggal
Kiai Bisri Syansuri setelah menggantikan Kiai Wahab Hasbullah, para Kiai sepuh
berembuk memilih kiai pengganti, saat Kiai As’ad Syamsul Arifin ditunjuk untuk
menjadi Rais Am, beliau menolak karena merasa belum pangkatnya, bahkan saat
dipaksa para Kiai, Kiai As’ad dengan tegas menyatakan “Meskipun malaikat jibril
turun dari langit untuk memaksakan saya, saya pasti akan menolak. Yang pantas
itu Kiai Mahrus Ali” Kiai Mahrus Ali pun bereaksi saat namanya disebut Kiai As’ad,
“Jangankan malaikat jibril, kalaupun malaikat Izrail turun dan memaksa saya,
saya tetap tidak bersedia!”. Akhirnya musyawarah ulama memutuslan Rais Am PBNU
adalah Kiai Ali Maksum yang saat itu tidak hadir.
***
Saat
pemilihan Rais Syuriah Jawa Timur sepeninggal Kiai Syarqawi, Kiai Imron Hamzah
menggantikan karena terpaksa. Kiiai Imron yang saat itu paling sepuh dijagokan
mengganti Syarqowi. Tentu saja Kiai Imron menolak. Bahkan tidak
tanggung-tanggung, untuk memperkuat penolakannya Kiai Imron membuat surat
pernyataan tidak bersedia dicalonkan menjadi Rais Syuriah.
Namun
betapa terkejutnya Kiai Imron, saat pemilihan malah terpilih. Beliaupun protes
karena sudah membuat surat pernyataan tidak bersedia. Kemudian dibukalah surat
itu di hadapan umum. Lebih terkejut lagi Kiai Imron melihat surat pernyataan
sudah berganti tulisan : “Dengan kerendahan hati saya menyatakan bersedia
menjadi Rais”. Kata ‘tidak’nya terhapus tipe ex. Akhirnya menyerahlah Kiai
Imron. Penasara, setelah pemilihan Kiai Imron pun menyelidiki siapa yang
menghapus tulisan ‘tidak’ dalam surat pernyataannya. Akhirnya ketahuan yang
menghapus adalah Kiai Masduqi. Saat di protes Kiai Imron, “kenapa kok dihapus?”
dengan tenang sambil ngeloyor pergi Kiai Masduqi bilang “salah sendiri ndak
bersedia kok pake surat pernyataan segala”
***
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Jangan pernah meminta
untuk memimpin! Karena jika engkau diberi jabatan pimpinan dari permintaanmu,
maka akan diserahkan kepemimpinan itu kepadamu (tanpa pertolongan Allah).
Tetapi jika engkau diberio jabatan itu tanpa meminta, engkau akan dibantu dalam
menjalankannya.”
Semoga
budaya baik ini terus terpelihara di kalangan NU. Sungguh sayang jika hal ini
telah luntur, apa lagi hingga sampai menghalalkan segala cara.
·
Diceritakan oleh Gus Achmad Shampton
Masduqie.
___________________
Sumber
:
Petuah
Bijak 3 – A. Yasin Muchtarom. Hal 40-43
Gambar
:
www.kabargayo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar