Selasa, 08 Maret 2016

Profesor Dan Lima Mahasiswa

Profesor Dan Lima Mahasiswa

Lima mahasiswa akan menghadapi ujian kelulusan di hari senin, memilih bermain keluar kota sehari sebelumnya. Mereka bersenang-senang sampai larut malam, sehingga di jam ujian itu keesokan harinya terlambat.

Daripada mengulang semester depan, mereka memutuskan mencari profesornya untuk menjelaskan mengapa mereka terlambat. Tentunya dengan alasan bohong yang disepakati terlebih dahulu.

Mereka menjelaskan ke profesor, bahwa mereka terlambat karena harus menolong orang yang terkena musibah, dan setelah selesai ketika melanjutkan perjalanan, ban mobilnya bocor di jalanan sepi. Akibatnya mereka terlambat.

Profesor mendengarkan alasan mereka dan menyetujui mereka dapat mengikuti ujian besok. Mereka lega. Malamnya mereka belajar keras dan besoknya datang ke kampus sesuai kesepakatan.

Sabtu, 05 Maret 2016

Tenkorak Musa

Tenkorak Musa

Seorang turis sedang berkunjung ke Yerussalem.

Seorang Yahudi menawarkan kepadanya sebuah tengkorak.

”Tuan, ini tengkorak kepala Musa, harganya Cuma 100 dollar.

”Tidak!!”, jawab turis itu,”terlalu mahal”.

Perluasan Wilayah Masa Umar Bin Khattab

`UMAR IBN AL-KHATTAB ± 586-644
Sebuah mesjid di Kairo diberi nama "Mesjid Umar ibn al-Khattab"


`Umar Ibn al-Khattab adalah khalifah kedua, dan mungkin terbesar dari semua khalifah Islam. Dia sejaman namun lebih berusia muda ketimbang Nabi Muhammad. Dan seperti juga Muhammad, dia kelahiran Mekkah. Tahun kelahirannya tidak diketahui, tetapi menurut taksiran tahun-586.

Asal-muasalnya `Umar Ibn al-Khattab merupakan musuh yang paling ganas dan beringas, menentang Muhammad dan Agama Islam habis-habisan. Tetapi, mendadak dia memeluk agama baru itu dan berbalik menjadi pendukung gigih. (Ini ada persamaannya yang menarik dengan ihwal St. Paul terhadap Kristen). `Umar Ibn al-Khattab selanjutnya menjadi penasihat terdekat Nabi Muhammad dan begitulah dilakukannya sepanjang umur Muhammad.

Gaun Indah Hadiah Dari Ayah

Gaun Indah Hadiah Dari Ayah

Aku dan ibu tiba di rumah menjelang pukul setengah delapan malam. Kami baru saja pulang, dari pusat perbelanjaan. “Senyum-senyum terus. Senang ya, dapat baju bagus?” goda Ibu. Aku hanya tertawa. Di kamar, dengan tak sabar kucoba baju baruku. Benar-benar indah. Warnanya hijau pastel dipadu putih gading. Akhirnya, keinginanku punya baju seperti ini, terpenuhi juga. Baju baruku ini hampir sama dengan baju yang dibelikan ayah, beberapa tahun lalu. Aku menyimpannya di laci kamarku.

Kubuka laci lemari dan kuambil kantung plastik warna hitam. Dari dalamnya kukeluarkan baju istimewa itu dan kutempelkan di badanku. Tentu saja sudah kekecilan, karena baju itu diberikan ketika umurku 9 tahun. Sesaat haru menyeruak di hatiku. Ya, waktu berjalan cepat. Tak terasa sudah tiga tahun, ayah meninggalkanku dan ibu. Kuhela nafasku dengan berat, kupeluk baju baru yang tak pernah kupakai itu. Kejadian tiga tahun lalu seolah terulangi lagi.

Jumat, 04 Maret 2016

Siapa Yang Pantas Dicintai?

Siapa Yang Pantas Dicintai?


            Dikisahkan dalam sebagian atsar, pada hari perhitungan amal Allah menghisap salah seorang hamba-Nya. Malang bagi dia, amal jeleknya lebih banyak dari amal baiknya. Akhirnya dia harus menerima keputusan diseret paksa ke neraka. Pada saat proses pemindahan hamba itu menuju neraka, Allah berkata kepada malaikat Jibril.

            “Susullah hambaku tadi! Tabya padanya, apakah di dunia dia pernah duduk di majlis pengajian ulama? Sehingga aku akan mengampuni dia dengan syafaat hadir di majlis ulama.” Malaikat Jibril menyusul dan menanyakan. “Tidak pernah sama sekali.” Jawab hamba itu. Malaikat jibril matur kepada Allah, “Ya Rabbi, engkau lebih mengetahui keadaan hambamu.”

Kamis, 03 Maret 2016

Nasehat Berharga Dari Penjahat

Nasehat Berharga Dari Penjahat

            Imam Ahmad Bin Hambal pernah dipaksa oleh khalifah yang berkuasa untuk mengakui bahwa Al Qur’an (Kalam Allah Al Qadim) adalah makhluk. Namun beliau menolak salah satu keyakinan sekte muktazillah tersebut meski diancam dengan siksaan dahsyat.

            Pada saat Imam Ahmad digiring menuju tempat eksekusi pencambukan, beliau mendapat dorongan motivasi dari seseorang. Orang itu adalah Abu Haitsam Al ‘Ayyar, seorang penjahat di kota itu.

Om Didit Yang Menemani Kami Di Rumah

Om Didit Yang Menemani Kami Di Rumah

            Ira, Gito dan Maya saling berpandangan. Mereka baru pulang dari sekolah dan membaca pesan di whiteboard. Nenek di Yogja sakit. Papa dan mama pergi menjenguk, Om Didit akan menemani kalian. Kami pulang besok. Ira segera menggantikan tugas mamanya. Ia mengajak makan kedua adiknya. Selain makan, ia mencuci piring, lalu bergabung dengan Gito dan Maya di sofa ruang tamu. Keduanya seperti agak bingung.

            “Katanya Om Didit mau datang, kok belum muncul?” keluh Gito. Agar adik-adiknya tenang, ia menelpon ke HP pamannya. Om Didiet adalah adik mama. Sifatnya periang dan menyenangkan. Ia adalah seorang wartawan. “Om Didit sudah dekat. Ia habis membeli radio kecil, ntuk hadiah pemenang lomba!” ujar Ira selesai menelpon. “Memang ada lomba apa?” tanya Maya. “Entahlah, katanya kita bertiga yang akat ikut lomba!” jawab Ira. Saat itu, terdengan deru motor yang berhenti di depan rumah.

Rabu, 02 Maret 2016

Tuanmu Adalah Budakku

Tuanmu Adalah Budakku

            Seorang Sultan tengah berparade di jalan utama Istambul. Ia dikelilingi pengawal dan tentara lengkap. Semua penduduk keluar untuk melihat sultan. Mereka memberi hormat saat sang sultan lewat. Kecuali seorang darwis yang sangat sederhana. Sultan menghentikan parade dan menyuruh tentara menangkap darwis itu, untuk mendapatkan penjelasan.
           
            “Hai makluk dekil, mengapa engkau tidak menghormat kepadaku?” kata sultan. “Tuanku, biarlah semua orang menghormat kepadamu. Mereka semua menginginkan apa yang ada padamu: harta, kedudukan dan kekuasaan. Alhamdulillah, segala hal itu tak berarti padaku. Lagipula untuk apa aku hormat kepadamu apabila aku punya dua dua budak yang adalah tuanmu”.

Selasa, 01 Maret 2016

Abu Nawas – Lukisan Diri Tiruan

Abu Nawas – Lukisan Diri Tiruan

           
       Tak dinanya, selain cerdik dan jenaka, Abunawas ternyata berbakat menulis juga. Setelah berbulan-bulan belajar dari seorang pelukis terkenal, Abunawas benar-benar pandai melukis. Kemampuannya kini hampir setara dengan gurunya. Guru lukisnya sampai geleng-geleng kepala melihat kehebatan Abunawas.

            Suatu hari, Abunawas disuruh guru lukisnya mengambil kanfas, di rumah seorang kerabatnya, Wan Hamid namanya. Karena datang agak kemalaman, Abunawas disuruh menginap di rumah Wan Hamid. “Sudahlah pulang besok saja. Apalagi cuaca mendung begini, aku khawatir kau kehujanan,” bujuk Wan Hamid kepada Abunawas. Karena dipaksa, abunawas akhirnya menurut. Dia tidur di rumah Wan Hamid. Tapi sebenarnya Wan Hamd punya tujuan lain. Dia ingin menguji kehebatan Abunawas. Wan Hamid mendengar kalau Abunawassudah mahir melukis. Maka dari itu dia ingin tahu, apakah Abunawas bisa membedakan lukisan atau tidak.

Page