Rabu, 24 Februari 2016

Cerpen Dongeng - Harta Penggembala


Cerpen Dongeng - Harta Penggembala
          

Suatu senja, Raja berjalan-jalan di luar kota. Beliau berjumpa dengan seorang anak gembala berwajah tampan, duduk di keteduhan sebatang pohon. Anak itu asyik memainkan serulingnya. Raja menegur anak gembala itu, dan anak gembala menjawab dengan sopan santun. Kata Raja dalam hati, “Anak ini patut kutolong. Dia cerdas dan memiliki sopan santun. Dia taput mendapatkan pendidikan tinggi”. Maka berkatalah Raja, “Anakku, tinggalkan pekerjaanmu sebagai penggembala, ikutlah aku ke istana. kau akan tinggal di sana menuntut pelajaran, serta kelak menjadi pembantuku”.


            Anak itu sebenarnya enggan pergi, karena dia sudah merasa bahagia dan puas. Tetapi dia tidak berani menentang kehendak Raja. Baginya, soerang Raja adalah orang yang perlu dihormati dan dituruti kehendaknya. Anak gembala itu memiliki otak yang cerdas, sehingga semua pelajaran yang diberikan guru istana dilahapnya dalam waktu singkat. Raja merasa sangat puas, sehingga beliau memperlakukan anak gembala seperti anak sendiri. Banyak punggawa istana, para pangeran dan mentri iri hati. Bahkan beberapa kelompok merencanakan gagasan menjatuhkan anak muda tersebut. Mereka menyebar berita bohong di kerajaan, yang didengar pula oleh Raja. Namun semuya rencana jahat tersebut terbongkar. Dan kecintaan raja terhadap anak muda itu semakin bertambah.
           
            Meskipun demikian, anak muda ituselalu merasa kesepian, hatinya tidak pernah merasa tentram. Pakaian-pakaian bagus dan permata-permata mahal yang menghiasinya, sama sekali tidak membuatnya bahagia. Dia berharap bisa kembali mengenakan jubah gembalanya. Oh, betapa rindunya dia kembali ke tanah ladangnya, namun rasanya tidak ada kesempatan untuk itu, karena Raja membutuhkannya. Bahkan akhirnya memberi kepercayaan untuk menjadi Menteri keuangan.

            Tidak lama kemudian Raja mangkat, beliau digantikan oleh putranya yang berusia belasan tahun. Raja muda itu tidak sebijaksana ayahnya. Beliau mudah percaya dengan omongan orang-orang yang dekat terhadapnya. Beliau tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, sehingga para punggawa bisa berbuat sesuka hati mereka.

            Kini tiba saatnya mereka hendak menghancurkan kedudukan menteri muda tersebut. Mereka menceritakan cerita-cerita bohong, dan mengatakan bahwa anak muda tersebut mencuri sedikit demi sedikit harta kerajaan. Harta itu kemudian disimpan dalam sebuah kamar di rumahnya. Konon katanya, menteri muda memiliki kekayaan melebihi Raja.

            Raja mempercayai kisah itu, sebab beliau sendiri tau, anak muda itu memiliki kamar yang sangat dirahasiakan.kamar itu dijaga baik-baik, dan selalu dalam keadaan terkunci rapat. Tidak seorangpun, meski pelayan di rumahnya, pernah memasuki kamar tersebut. Semakin lama Raja muda semakin berang. Segera dipanggilnya menteri muda itu , katanya geram “berikan kunci kamar rahasiamu! Lekas,”.

Sang menteri telah menduga apa yang terjadi. Tanpa membangkang, diserahkannya kunci kamar rahasia itu kepada Raja. Segera raja muda itu membuka kamar rahasia tersebut, dan masuklah beliau untuk melihat isinya. Beliau melihat berkeliling, namun tidak melihat apa-apa, kecuali sepotong tongkat gembala, sebuah tas kulit dan sebuah seruling. Raja tertegun melihatnya, juga merasa sangat heran. Tanyanya kepada menteri muda, “Jelaskan semua ini!”.

Anak muda itu menyembah, lalu berucap “Yang mulia, hamba adalah bekas anak gembala yang mendapat kehormatan tinggal di istana dan dididik layaknya putra seorang Raja. Hamba diberi pelajaran layak, diberi pendidikan budi pekerti serta tata kebiasaan istana. Hambapun akhirnya memperoleh kedudukan yang tinggi. Namun demikian hamba tidak pernah merasa nahagia di sini. Hamba selalu merasa tertekan batin. Padahal saat hamba masih menjadi anak gembala, hamba merasa sangat bahagia. Yang Mulia melihat tongkat ini, tas belulang serta seruling ini. Inilah harta karun hamba, semua benda yang membuat hidup hamba bahagia, dan itulah kenapa hamba menyimpannya di kamar pribadi hamba.

Kini raja muda sadar akan tindakannyayang serba gegabah. Beliau tidak bisa memilih mana lawan mana kawan., sehingga beliau terperosok ke dalam jebakan musuh-musuhnya. Mata Raja muda berlinang air mata, dan suaranya gemetar. Dipeluk menteri muda itu, dan diajak kembali ke istana. Sampai di istana berkatalah Raja muda dihadapan punggawa istana, “Hai seluruh punggawa, seluruh menteri dan para bangsawan. Aku memutuskan mengangkat menteri keuangan menjadi Perdana Menteri...”. Namun anak muda itu menyela, “Yang mulia, hamba hendak mengajukan sebuah permintaan. Izinkan hamba membawa kembali tongkat gembala hamba, tas belulang serta seruling hamba, dan kembali menjadi penggembala...”

Raja muda merasa sangat sedih mendengar permintaan anak muda ini, tetapi beliau tidak bisa menolak permintaan ini. Raja muda dan anak penggembala ini kemudian melaksanakan tugas masing-masing dengan sebaik-baiknya.


___________________
Sumber :
Majalah TomTom 377
20 Maret 1984

Halaman 18

2 komentar:

Page