Cerpen Fabel – Kodok Yang Tak Mau Diam
Di sebuah
selokan di ladang milik Pak Dul, tinggal seekor kodok kecil yang cukup
cantikdengan warnanya hijau bagus. Sayangnya, kodok-kodok lain tidak ada yang
senang padanya, karena dia selalu mengorek dengan tiada henti-hentinya. Mengherankan
sekali, si kodok kecil tak pernah jemu-jemunya mengorek. Sepanjang suang ia
mengorek, pada malam hari bila kodok lainnya mulai mengorek, maka si kodok
kecil juga kut mengorek dengan penuh semangat.
Kodok
lain menganggap kelakuan kodok kecil itu tak pantas. Kodok mengorek hanya pada
malam hari saja, disiang hari kodok hanya berenang sambil bermalas-malasan di
selokan. Begitulah seharusnya hidup kodok. Tapi kini datang kodok kecil yang
mengganggu kehidupan mereka. Pak Dul pun akhirnya tahu kalau di selokanada
seekor kodok yang tak pernah berhenti mengorek. Karena tak tahan lagi mendengar
bisingnya korekan kodok di siang hari, pada suatu hari ia pergi ke tepi selokan
itu, di atas daun teratai tampak si kodok kecil
Hei
kodok kecil! Teriak Pak Dul. Kau tidak bisa diam ya?! Kodok kerjanya bukan
mengorek saja! Kodok hanya mengorek pada malam hari, tahu tidak? Pak Dul memungut
sebuah batu kecil dan melempar si kodok kecil. Untunglah si kodok kecil
langsung melompat masuk ke dalam air dan bersembunyi di balik daun. Melihat itu,
kodok-kodok lain tambah tidak senang pada si kodok kecil. Mereka takut kalau
Pak Dul marah, nanti mereka tidak boleh mengorek lagi di selokan itu pada malam
hari, bahkanmungkin mereka diusir dari sana.
Kodok
kecil tak mau tahu, setelah Pak Dul pergi ia melompat ke atas daun teratai dan
mengorek lagi. Pikirnya, kenapa kodok tidak boleh mengorek di siang hari. Bukankah
kodok dilahirkan untuk mengorek? Dan kali ini kodok kecil mengorek lebih keras
dan panjang. Akhirnya kodok-kodok lain di selokan itu pun tak tahan lagi. Mereka
sudah cukup lama bersabar menghadapi tingkah si kodok kecil. Cepat pergi dari
sini!, mereka mengusir si kodok kecil. Baiklah, aku akan pergi ke selokan lain,
kodok kecil menjawab. Kemudian ia melompat pergi. Syukurlah! Kodok-kodok lain
menarik nafas lega, dia sudah pergi. Akhirnya kita bisa hidup tenang lagi.
Sementara
itu, si kodok kecil melompat semakin jauh, sambil mengorek, ia melompat dari
satu selokan ke selokan lain mencari tempat tinggal baru. Tapi tak ada satu
kelompok kodokpun yang mau menerimanya. Mereka juga tahu kalau kodok kecil itu
tak pernah berhenti bersuara. Meskipun tak ada yang mau menerimanya, si kodok
kecil tetap mengorek riang. Akhirnya dia kembali ke ladang Pak Dul. Di sana
terlihat sebuah sumur tempat menampung air hujan. Lalu ia mengintip ke dalam
sumur itu, dan tak ada seekor kodok pun di dalamnya.
Si
kodok kecil bersorak kegirangan, tempat ini cocok untuknya. Di sini ia dapat
mengorek sesuka hatinya tanpa mengganggu siapa-siapa. Apalagi di dalam sumur suara korekannya
terdengar semakin merdu. Sambil mengorek, kodok kecil melompat ke sumur. Tapi kemudian
ia baru menyadari kalau sumur itu ternyata dalam sekali dan keadaannya tak
menyenangkan. Air sumur ini dingin sekali, dan yang lebih parah lagi di situ
tidak ada lalat-lalat kecil atau jentik-jentik untuk dimakan.

Saat
kodok kecil itu merenungi nasib, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara ember jatuh
ke dalam sumur, dekat dengannya. Ember itu ternyata diturunkan ke sumur dengan
seutas tali. Ember bergoyang-goyang sebentar lalu cepat-cepat diputar dan
ditarik ke atas, dengan kodok kecil di atasnya. Rupanya tanpa sengaja si kodok
terciduk masuk ke dalam ember.
Ternyata,
Pak Dul yang menimba air itu. Begitu tiba di atas, ia meletakkan ember tadi di
tepi sumur. Kodok kecil segera melompat keluar ember dan menghilang di balik
rerumputan. Dengan heran Pak Dul melihat kodok kecil yang melarikan diri. Sekarang
di dalam sumurpun sudah ada kodok! Pak Dul mengomel. Akan kututuo sumur ini
untuk selamanya!
Kodok
kecil tak mendengar omelan itu, ia melompat-lompat terus sampai tiba di tepi
selokan, dengan hati-hati ia masuk ke dalam air. Tak ada satu kodokpun yang
melarang. Kwak, jawab kodok kecil. Dan itu sudah cukup. Sejak itu, si kodok
kecil hanya mengorek di malam hari saja, bersama-sama dengan kodok yang lain. Bagaikan
sebuah konser untuk menidurkan Pak Dul. (ERVINA
HESTI)
___________________
Sumber :
Majalah Mentari edisi 208
18-24 Januari 2004
18-24 Januari 2004
Hal 34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar