Minggu, 28 Februari 2016

Cerpen Fabel - Kodok Yang Tak Mau Diam

Cerpen Fabel – Kodok Yang Tak Mau Diam

            
          Di sebuah selokan di ladang milik Pak Dul, tinggal seekor kodok kecil yang cukup cantikdengan warnanya hijau bagus. Sayangnya, kodok-kodok lain tidak ada yang senang padanya, karena dia selalu mengorek dengan tiada henti-hentinya. Mengherankan sekali, si kodok kecil tak pernah jemu-jemunya mengorek. Sepanjang suang ia mengorek, pada malam hari bila kodok lainnya mulai mengorek, maka si kodok kecil juga kut mengorek dengan penuh semangat.


            Kodok lain menganggap kelakuan kodok kecil itu tak pantas. Kodok mengorek hanya pada malam hari saja, disiang hari kodok hanya berenang sambil bermalas-malasan di selokan. Begitulah seharusnya hidup kodok. Tapi kini datang kodok kecil yang mengganggu kehidupan mereka. Pak Dul pun akhirnya tahu kalau di selokanada seekor kodok yang tak pernah berhenti mengorek. Karena tak tahan lagi mendengar bisingnya korekan kodok di siang hari, pada suatu hari ia pergi ke tepi selokan itu, di atas daun teratai tampak si kodok kecil

            Hei kodok kecil! Teriak Pak Dul. Kau tidak bisa diam ya?! Kodok kerjanya bukan mengorek saja! Kodok hanya mengorek pada malam hari, tahu tidak? Pak Dul memungut sebuah batu kecil dan melempar si kodok kecil. Untunglah si kodok kecil langsung melompat masuk ke dalam air dan bersembunyi di balik daun. Melihat itu, kodok-kodok lain tambah tidak senang pada si kodok kecil. Mereka takut kalau Pak Dul marah, nanti mereka tidak boleh mengorek lagi di selokan itu pada malam hari, bahkanmungkin mereka diusir dari sana.

            Kodok kecil tak mau tahu, setelah Pak Dul pergi ia melompat ke atas daun teratai dan mengorek lagi. Pikirnya, kenapa kodok tidak boleh mengorek di siang hari. Bukankah kodok dilahirkan untuk mengorek? Dan kali ini kodok kecil mengorek lebih keras dan panjang. Akhirnya kodok-kodok lain di selokan itu pun tak tahan lagi. Mereka sudah cukup lama bersabar menghadapi tingkah si kodok kecil. Cepat pergi dari sini!, mereka mengusir si kodok kecil. Baiklah, aku akan pergi ke selokan lain, kodok kecil menjawab. Kemudian ia melompat pergi. Syukurlah! Kodok-kodok lain menarik nafas lega, dia sudah pergi. Akhirnya kita bisa hidup tenang lagi.

            Sementara itu, si kodok kecil melompat semakin jauh, sambil mengorek, ia melompat dari satu selokan ke selokan lain mencari tempat tinggal baru. Tapi tak ada satu kelompok kodokpun yang mau menerimanya. Mereka juga tahu kalau kodok kecil itu tak pernah berhenti bersuara. Meskipun tak ada yang mau menerimanya, si kodok kecil tetap mengorek riang. Akhirnya dia kembali ke ladang Pak Dul. Di sana terlihat sebuah sumur tempat menampung air hujan. Lalu ia mengintip ke dalam sumur itu, dan tak ada seekor kodok pun di dalamnya.

            Si kodok kecil bersorak kegirangan, tempat ini cocok untuknya. Di sini ia dapat mengorek sesuka hatinya tanpa mengganggu siapa-siapa.  Apalagi di dalam sumur suara korekannya terdengar semakin merdu. Sambil mengorek, kodok kecil melompat ke sumur. Tapi kemudian ia baru menyadari kalau sumur itu ternyata dalam sekali dan keadaannya tak menyenangkan. Air sumur ini dingin sekali, dan yang lebih parah lagi di situ tidak ada lalat-lalat kecil atau jentik-jentik untuk dimakan.

            Kodok kecil ingin keluar lagi dari sumur itu, tapi sumur itu terlalu tinggi bagunya. Berulang kali dicobanya melompat ke atas tapi tidak berhasil. Akhirnya, karena sudah terlalu lelah dan lapar, ia mengapung saja di air. Ia tak punya minat lagi mengorek, ia takut mati kelaparan di dalam sumur. Ia menyesal tidak mengikuti nasihat teman-temannya.

            Saat kodok kecil itu merenungi nasib, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara ember jatuh ke dalam sumur, dekat dengannya. Ember itu ternyata diturunkan ke sumur dengan seutas tali. Ember bergoyang-goyang sebentar lalu cepat-cepat diputar dan ditarik ke atas, dengan kodok kecil di atasnya. Rupanya tanpa sengaja si kodok terciduk masuk ke dalam ember.

            Ternyata, Pak Dul yang menimba air itu. Begitu tiba di atas, ia meletakkan ember tadi di tepi sumur. Kodok kecil segera melompat keluar ember dan menghilang di balik rerumputan. Dengan heran Pak Dul melihat kodok kecil yang melarikan diri. Sekarang di dalam sumurpun sudah ada kodok! Pak Dul mengomel. Akan kututuo sumur ini untuk selamanya!

            Kodok kecil tak mendengar omelan itu, ia melompat-lompat terus sampai tiba di tepi selokan, dengan hati-hati ia masuk ke dalam air. Tak ada satu kodokpun yang melarang. Kwak, jawab kodok kecil. Dan itu sudah cukup. Sejak itu, si kodok kecil hanya mengorek di malam hari saja, bersama-sama dengan kodok yang lain. Bagaikan sebuah konser untuk menidurkan Pak Dul. (ERVINA HESTI)

___________________
Sumber :
Majalah Mentari edisi 208
18-24 Januari 2004

Hal 34

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Page